Senin, 26 Mei 2014

PLLATYHELMINTHES



PRAKTIKUM III
Topik                : Platyhelminthes
Tujuan              : 1. Mengetahui ciri morfologi dari phylum Platyhelminthes
                           2. Mengamati bagian-bagian tubuh/ciri morfologi dari Fasciola hepatica
Hari/Tanggal    : Kamis / 13 Maret 2014
Tempat             : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

I.       ALAT DAN BAHAN
Alat  :
1.      Alat tulis
2.      Mikroskop
3.      Cawan petri
4.      Baki
5.      Kaca benda
6.      Kaca penutup
7.      Lup
Bahan  :
1.      Planaria
2.      Preparat/ awetan  Fasciola hepatica

II.    CARA KERJA
Cara mendapatkan Planaria : habitat di perairan sungai, danau yang  jernih, aliran air tidak terlalu deras dan dangkal, berikan potongan daging/cacing tanah kecil pada sela-sela batu dan tidak terbawa aliran air, tunggu beberapa saat.
A.    Planaria
Mengamati Planaria yang diletakkan pada cawan petri yang telah diberi sedikit air dengan menggunakan loupe, menggambar morfologi hewan tersebut dan mengamati cara geraknya.  
B.     Fasciola hepatica
Meletakkan preparat/awetan Fasciola hepatica, mengamati di bawah mikroskop struktur anatomi dari Fasciola hepatica, bagian mulut (anterior), sistem pencernaan, saraf, kelenjar vitellin, organ reproduksi dan menggambar serta memberi keterangan.
III. TEORI DASAR.
Platyhelminthes terdiri atas 3 kelas yaitu: Turbelaria, Trematoda dan Cestoda. Planaria merupakan contoh dari Class Turbelaria. Planaria memiliki tubuh yang pipih, hidup di air tawar, mulut terdapat pada bagian ventral, memiliki bentuk seperti mata, dan mempunyai auricle. Sedangkan pada Fasciola hepatica juga  memiliki tubuh yang pipih, tidak bersegmen, pada bagian mulut terdapat penghisap dan terkadang memiliki pengait. Biasanya hewan ini hermafrodit.
Turbellaria yang hidup bebas di air atau di tempat yang lembap: Trematoda yang hidup sebagai parasit, dan Cestoda yang hidup sebagai parasit di dalam usus Vertebrata. Fasciola hepatica termasuk dalam kelas Trematoda.
Mulut Fasciola hepatica terletak di tengah-tengah alat isap depan. Makanannya terdiri dari jaringan tubuh atau cairan tubuh tuan rumahnya yang diisap oleh alat hisapkemudian melalui mulut masuk ke dalam saluran pencernaannya. Kelas Trematoda dibagi menjadi dua ordo, yaitu : Monogenea dan Digenea. Jenis Monogenea hanya memiliki satu tuan rumah saja Telurnya yang dilepas ke dalam air tidak banyak jumlahnya, bahkan kadang-kadang hanya satu butir saja. Larva yang terjadi langsung melekat pada tuan rumahnya,  banyak sekali larva yang semacam itu sehingga dapat mematikan banyak anak ikan., misalnya jenis Gyrodactylus yang hdup pada sirip, kulit, dan insang ikan mas. Jenis hewan dalam ordo ini merupakan parasit luar (ektoparasit) Vertebrata ; pada manusia belum pernah didapat.





IV.             HASIL PENGAMATAN

a.      Planaria
 


                                                                                  Keterangan :
1.      Mata
2.      Kepala
3.      Ekor
4.      Dorsal
5.      Ventral
                                                              i.      Alat pengisap oral
                                                            ii.      Alat pengisap ventral
                                                          iii.      Saluran pencernaan











Gambar Literatur:

 

















(sumber: Anonim A. 2014)


b.      Fasciola hepatica
 

                                           Keterangan :
1.     Mata
2.     Kepala
3.     Ekor
4.     Dorsal
5.     Ventral
                                                              i.      Alat pengisap oral



Gambar Literatur:

       Seluruh Bagian Tubuh                                                     Bagian Anterior

      Fasciola hepatica                                                              Fasciola hepatica



 

















(sumber: Anonim B. 2014)                                              (sumber: Anonim C.2014)



V.                ANALISIS DATA

a.      Planaria sp.
Klasifikasi       :
Kingdom         : Animalia    
Phylum            : Platyhelminthes
Class                : Turbellaria
Ordo                : Tricladida
Sub ordo         : Paludicola
Family             : Tricladidae
Genus              : Planaria
Species            : Planaria sp.
Sumber            : (Verma. 2002)
Planaria sp. dapat ditemukan di sungai, mata air, kolam dan danau di bawah batu-batuan atau di tempat-tempat yang agak dingin. Biasanya cacing ini menempel di batuan atau di daun yang tergenang air. Bila kita ingin mengambil cacing ini cukup kita beri umpan sepotong daging ke perairan yang kita duga terdapat cacing itu. Bila ditempat itu memang ada cacing Planaria sp maka cacing tersebut akan menempel pada umpan.
Bentuk tubuh Planaria ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing. Panjang tubuh planaria sekitar 5-25 mm, tetapi bagi Planaria yang hidup di darat dapat mencapai 60 cm. Bagian tubuh sebelah dorsal warnanya lebih gelap daripada tubuh sebelah ventral.
Di tengah-tengah bagian dorsal kepalanya ditemukan sepasang bintik mata yang sensitif terhadap rangsangan sinar. Oleh karena itu, Planaria dapat membedakan gelap dan terang, namun demikian Planaria tidak dapat melihat.
Kira-kira di dekat pertengahan tubuh bagian ventral agak ke arah ekor ditemukan lubang mulut. Lubang mulut ini berhubungan dengan kerongkongan atau pharynx yang dindingnya dilengkapi dengan otot daging sirkular maupun longitudinal. Kerongkongan ini dapat ditarik dan dijulurkan. Dalam posisi menjulur, kerongkongan tersebut bentuknya mirip dengan belalai, dan biasa disebut proboscis.
Di bagian kepala yaitu di bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang menyerupai telinga yang biasa disebut aurikel. Tepat di bawah bagian kepala terdapat bagian tubuh menyempit yang menghubungkan bagian badan dan bagian kepala, disebut bagian leher.
Cacing ini bergerak dengan cara mengangkat bagian posterior tubuhnya. Tepat dibawah bagian kepala, yaitu bagian samping kanan dan kiri terdapat tonjolan yang menyerupai telinga. Dan tepat dibawah kepala terdapat bagian menyempit yang menghubungkan bagian badan dan bagian kepala yang disebut leher. Di sepanjang pinggiran tubuh bagian ventral ditemukan zona adesif. Zona adesif tersebut menghasilkan zat yang liat yang berfungsi untuk melekatkan diri dipermukaan benda yang ditempelinya. Di permukaan ventral pada tubuh terdapat rambut-rambut getar halus yang berfungsi dalam pergerakan. Gerakannya lurus sepanjang lendir yang diekskresikannya.
Planaria sudah memiliki alat indera yang berupa bintik mata dan indera aurikel, yang keduanya terletak di bagian kepala. Planaria bersifat hermafrodit, maka di dalam tubuh terdapat alat kelamin jantan maupun alat kelamin betina
Planaria akan menghindarkan diri apabila terkena sinar yang kuat. Oleh karena itu pada siang hari cacing itu melindungkan diri di bawah naungan batu-batu atau daun atau di bawah obyek-obyek yang lain. Di bawah sinar difus, cacing itu aktif bergerak, berenang-renang ataupun merayap. Biasanya mereka berkelompok antara 6 – 20 ekor. Pada waktu istirahat biasanya mereka melekatkan atau menempelkan diri pada suatu obyek dengan bantuan zat lendir yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar lendir yang terdapat pada zona adesif dari pada tubuh. Planaria melakukan dua macam gerakan, yaitu gerak merayap dan gerak meluncur. Planaria mempunyai arah tubuh tubuh yang jelas, yaitu arah : anterior – posterior dan dorsal – ventral.



b. Fasciola Hepatica

Klasifikasi     :
Kingdom       : Animalia
Phylum          : Platyhelminthes
Class             : Trematoda
Ordo             : Digenea
Familia          : Digeniadae
Genus            : Fasciola
Spesies          : Fasciola hepatica
(Sumber : Hegner, 1968 )
Fasciola hepatica termasuk kedalam class Trematoda yang mempunyai ciri-ciri yaitu: tubuhnya tidak bersilia jika dewasa tetapi berkutikula, semua anggotanya hidup parasit, tipe hidup kompleks dan mempunyai alat hisap. Pada penampang memanjang pada Fasciola hepatica menunjukkan struktur yang berikut : badan berdinding terdiri dari kulit jangat yang berisi spinules, lapisan otot dan mesenchyme. Yang mana di depan mulut terdapat alat penghisap dan pada sisi cabangnya terdapat acetubulum. Uterus, exeroty saluran pipa, ootype, vitellaria dan kelenjar mehinis’s adalah kelihatan.
                      Berdasarkan hasil pengamatan terhadap Fasciola hepatica terlihat dari morfologinya cacing ini mulutnya di sebelah anterior. Hewan ini hidup parasit dalam kantung empedu pada biri-biri, sapi, babi, dan lain-lainnya dan kadang ditemukan juga pada manusia.
                      Mulut terletak di sebelah anterior. Di sekitar mulut terdapat alat hisap. Alaat ini terdapat juga di daerah ventral yang berfungsi sebagai alaat penempel pada hospes. Antara mulut dan alat hisap ventral terdapat lubang genital sebagai jalan untuk mengeluarkan telur. Lubang ekskresi terletak agak dekat dengan akhir posterior.
                      Sistem pencernaan sederhana, dimulai dari mulut, pharynx, esophagus, usus yang terdiri dari dua cabang. Alat hisap dilengkapi dengan otot-otot, sehingga menempel dengan erat pada hospes. Otot ini terusun atas 3 lapisan di bawah ektoderm : (1)lapisan luar melingkar, (2)lapisan tengah, (3)lapisan dalam yang diagonal.
                      Tubuh Fasciola hepatica adalah triploblastik. Ektoderm tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Endoderm melapisi saluran pencernaan. Mesoderm merupakan jaringan yang membentuk otot, alat ekskresi, dan saluran reproduksi.
                      Cacing hati berwarna merah tua. Habitatnya di dalam hati hewan ternak memamah biak seperti sapi. Cacing ini bersifat endoparasit pada hospesnya.Cacing yang terdapat di dalam tubuh siput air tawar merupakan fase mirasidium Fasciola hepatica. Cacing ini memiliki ciri-ciri tubuhnya berwarna putih transparan.
                      Fasciola hepatica merupakan cacing yang pada fase dewasanya hidup sebagai parasit dalam kantung empedu pada biri-biri, sapi, babi, dan hewan ternak lainnya, dan kadang-kadang juga ditemukan pada inang.
                      Alat reproduksi jantan terdiri atas : sepasang testis, dua pembuluh vas diferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasi dan penis. Alat reproduksi pada betina terdiri atas : saluran tunggal ovarium, saluran oviduct, kelenjar pembungkus ovum, saluran vetelline, kelenjar yolk, dan uterus.
                      Sistem ekskresinya berupa sel-sel api (flame cell) dan dapat juga melalui saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar. Sistem sarafnya berupa sejumlah ganglion yang berfungsi sebagai otak (bertindak sebagai susunan saraf serta mengkoordinir segala aktivitas tubuhnya).
          Pada larva Miracidium muncul dari telur yang subur dan hidupnya bebas. Mirasidium yang mikroskopik, dorsoventral, berbentuk kerucut dalam keadaan bebas larva tersebut melangkah berenang. Badannya ditutupi dengan cilia yang seragam. Cilia itu mempunyai suatu lapisan luar/dari sel bersudut enam, mengatur di lima baris, di bawah lapisan ini adalah suatu lapisan otot tipis/encer. Di depan dan akhir produksi ke dalam suatu cuping berbentuk kerucut, apiccal papilla. Struktur internal, kelenjar/penekan apikal, cephalik,otak, dua bintik mata, dua sel api dan benih sel bersifat elementer jelas dilihat. Larva miracidium berenang mencari-cari suatu rumah intermediate yang mana adalah Limnea truncatulauntuk sekitar 4-30 jam. Apabila tidak dikocok dengan rumah yang ditempatinya, maka larva tersebut itu akan mati. Setelah memperoleh rumah yang pantas, lalu larva menembus ke dalam jaringan oleh papilla apikal.
Fasciola hepatica hidup parasit pada hati hewan ternak seperti kambing, biri-biri, dan sapi. Di dalam tubuh hewan tersebut terdapat telur cacing yang sudah dibuahi kemudian telur tersebut keluar bersama fases dari hewan ternak tersebut. Jatuh di tempat lembab atau air. Telur berkembang menjadi mirasidia ( mempunyai rambut getar diseluruh permukaan tubuhnya sehingga dapat berenang bebas ). Apabila mirasidia bertemu dengan siput, maka mirasidia tersebut masuk ke dalam  dan melepaskan rambut getarnya. Tetapi apabila tidak menemukan siput maka miraidia akan mati. Setelah mirasidia yang telah berada dalam tubuh siput berkembang menjadi sporokist, sporokist berkembang menjadi redia. Redia secara patenogenesis akan menghasilkan redia baru. Setelah itu terbentuklah serkaria ( sudah mempunyai mulut, 2 alat hisap, dan memiliki ekor ). Dengan adanya ekor, serkaria dapat keluar dari tubuh siput dan berenang dalam air dan kemudian melekat pada tumbuhan. Selanjutnya serkaria yang sudah melekat pada tumbuhan dapat membungkus dirinya dengan selaput. Selanjutnya serkaria yang sudah melekat pada tumbuhan dapat membungkus dirinya dengan selaput yang kuat menjadi siste yang disebut metaserkaria. Apabila metaserkaria terlepas dari tempat melekatnya maka akan mencemari tempat disekitarnya, dan termakan oleh  hewan ternak tersebut. Maka didalam tubuh hewan ternak tersebut terdapat cacing hati yang lama-kelamaan akan berkembang menjadi dewasa. Kemudian di dalam tubuh hewan ternak tadi mengandung telur, telur dilepaskan melalui fases, dan seterusnya.

Keterangan siklus hidup Fasciola hepatica :

1.      Telur keluar bersama-sama kotoran (feses) domba dan menetas di air selama 9-15 hari, kemudian menjadi larva bersilia (mirasidium).
2.      Mirasidium dapat berenang di air. Jika bertemu dengan siput di air tawar (Lymnaea javanica), mirasidium akan menyerangnya.
3.      Dalam tubuh siput air, mirasidium dapat melubungi jaringan, misalnya ronga paru-paru atau pembuluh getah bening. Jika banyak mirasidium yang masuk ke dalam tubuhnya, siput air akan mati.
4.      Larva akan membuang semua silianya dan membesar menjadi sporokista.
5.      Sporokista berpartogenesis dan berubah menjadi redia.
6.      Redia juga berpartogenesis (tanpa fertilisasi) menjadi serkaria.
7.      Serkaria mempunyai ekor dan menembus tubuh siput untuk keluar. Kemudian, serkaria berenang beberapa lama sehingga melepaskan ekornya di rumput dan tumbuhan air  menjadi metaserkaria yang membungkus diri dengan kista (cyste). Kista dapat tahan lama di rumput.
8.      Jika kista termakan oleh biri-biri, kista akan menembus dinding usus dua belas jari dan masuk ke hati serta saluran empedu biri-biri sebagai cacing dewasa selama beberapa bulan.
9.      Setelah cacing dewasa bertelur, selanjutnya perkembangan cacing berulang
kembali.

VI. KESIMPULAN


  1. Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani platy yang artinya pipih dan helmintes yang artinya cacing. Bila dibandingkan dengan Porifera dan Coelenterata, maka kedudukan platyhelminthes lebih tinggi setingkat
2.      Fasciola hepatica merupakan salah satu contoh anggota phylum platyhelminthes
3.      Fasciola hepatica biasanya hidup sebagai parasit pada hewan-hewan ternak dan larvanya biasanya hidup di dalam tubuh siput.
4.      Bagian-bagian morfologi Fasciola hepatica terdiri dari mulut, penghisap, tuhuh, dan saluran ekskresi.
  1. Pada larva Miracidium muncul dari telur yang subur dan hidupnya bebas. Mirasidium yang mikroskopik, dorsoventral, berbentuk kerucut dalam keadaan bebas larva tersebut melangkah berenang.
  2. Fasciola hepatica termasuk kedalam class Trematoda yang mempunyai ciri-ciri yaitu: tubuhnya tidak bersilia jika dewasa tetapi berkutikula, semua anggotanya hidup parasit, tipe hidup kompleks dan mempunyai alat hisap.
  3. Fasciola hepatica hidup parasit pada hati hewan ternak seperti kambing, biri-biri, dan sapi.
8.      Kelas Trematoda (cacing hisap). Hampir semua kelas trematoda ini bersifat parasit pada hewan vertebrata baik secara ektoparasit ataupun endoparasit. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun silia, tubuhnya berbentuk seperti daun, dan dilengkapi dengan alat hisap.
  1. Tubuh Planaria berbentuk pipih dorsoventral, dengan bagian kepala yang berbentuk segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk meruncing.
  2. Planaria sudah mempunyai alat indera berupa bintik mata, dan indera aurikel yang kedua-duanya terletak dibagian kepala




VII.          DAFTAR PUSTAKA

Halang, Bunda., Mahrudin., dan Khalid Riefani, Muhammad. 2014. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin: FKIP UNLAM Banjarmasin.
Hegner, Robert W. & Engemann, Joseph G. 1968. Invertebrate Zoology. The Macmillan Company. New York.
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan Invertebrata dan vertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya.

AKAR DAN MODIFIKASINYA



PRAKTIKUM VIII

Topik                 : Akar dan Modifikasinya
Tujuan               : Mengenal tipe-tipe akar dan bentuk-bentuknya akar serta modifikasinya dari akar pada beberapa tumbuhan
Hari/Tanggal   : Kamis, 17 April 2014
Tempat            : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

I.                   ALAT DAN BAHAN
Alat     :  1.   Baki / nampan
2.      Pisau / cutter
3.      Alat tulis
Bahan  :  1.   Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)
2.       Lombok (Capsicum sp)
3.       Terong (Solanum sp)
4.       Wortel (Daucus carota L.)
5.       Bengkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb.)
6.       Singkong (Manihot utillisima Burm. F.)
7.       Laos (Alpinia galanga)
8.       Anggrek Kalajengking (Arachis flos-aeris)
9.       Padi (Oryza sativa L.)
10.   Benalu (Loranthus sp)
11.   Sirih (Piper betle L.)

II.                CARA KERJA
1.      Mengamati bagian-bagian akar: leher akar, ujung akar, batang akar, cabang akar, serabut akar, rambut-rambut akar dan tudung akar.
2.      Mengamati tipe perakaran: serabut atau tunggang.
3.      Mengamati bentuk modifikasi akar : tombak, gasing, benang.
4.      Mengamati bentuk-bentuk dari modifikasi akar : akar udara, akar penghisap, akar pelekat, akar pembelit, akar nafas, akar tunjang, akar lutut atau akar banir.
5.      Menggambar hasil pengamatan.

III.             TEORI DASAR
Akar adalah bagian pokok yang ketiga di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan kormus. Akar pada umumnya mempunyai sifat-sifat yaitu:
a.       Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotop), meninggalkan udara dan cahaya.
b.      Warnanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan
c.       Tumbuh terus pada ujungnya tetapi umumnya pertumbuhannya masih kalah jika dibandingkan dengan batang.
d.      Berbentuk meruncing, sehingga lebih mudah untuk menembus tanah.
Bagi tumbuhan akar mempunyai fungsi untuk :
1.      Memperkuat berdirinya tanaman
2.      Menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut dalam air dari dalam tanah
3.      Mengangkut air dan zat-zat makanan ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan
4.      Tempat penimbunan makanan
Bagian-bagian akar pada umumnya dapat dibedakan menjadi 7, yaitu:
a.       Leher akar atau pangkal akar (collum)
b.      Ujung akar (apex radicis)
c.       Batang akar (corpus radicis)
d.      Cabang-cabang akar (radix lateralis)
e.       Serabut akar (fibrilla radicalis)
f.       Rambut-rambut akar atau bulu-bulu akar (pilus radicalis)
g.      Tudung akar (calyptra)
Pada tumbuhan lazimnya dibedakan dua macam sistem perakaran yaitu sistem akar tunggang (radix primaria) dan system serabut (radix adventiaca). Berdasarkan percabangannya dan bentuknya, akar tunggang dapat dibedakan   atas :
1)      Akar tunggang yang tidak bercabang atau sedikit bercabang.
Akar tunggang yang tudak bercabang ini biasanya berhubungan dengan fungsinya sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan sehingga memiliki bentuk yang istimewa, seperti:
  1. Berbentuk sebagai tombak (fusifermis)
  2. Berbentuk gasing (napiformis)
  3. Berbentuk benang (filiformis)
2)      Akar tunggang yang bercabang.
Akar tunggang ini berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang banyak, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak.
Sistem perakaran serabut pada tanaman dapat dibedakan atas 3 hal, yaitu :
a.       Akar yang menyusun akar serabut kecil-kecil berbentuk benang.
b.      Akar-akar serabut kaku keras dan cukup besar seperti tambang.
c.       Akar serabut besar-besar, hampir sebesar lengan.
Dilihat dari cara hidup suatu tanaman, maka pada berbagai jenis tumbuhan, sering kita temukan akar-akar yang mempunyai sifat dan fungsi yang khusus, misalnya:
1)      Akar udara atau akar gantung (radix aereus)
2)      Akar penggerek atau akar penghisap (haustrorium)
3)      Akar pelekat (radix adligans)
4)      Akar pembelit (crhus radicalis)
5)      Akar nafas (pneumatophora)
6)      Akar tunjang
7)      Akar lutut
8)      Akar banir

IV.             HASIL PENGAMATAN
A.    Tabel Hasil Pengamatan
No.
Nama Tumbuhan
Tipe Akar
Bentuk Akar
Modifikasi Akar
1
Rumput Teki
(Cyperus rotundus)
Serabut
Benang-benang
-
2
Lombok
(Capsicum sp.)
Tunggang
Benang-benang
-
3
Terong
(Solanum sp.)
Tunggang
Benang-benang
-
4
Wortel
(Daucus carota L.)
Tunggang
Tombak
-
5
Bengkuang
(Pachyrrizhus erosus Urb.)
Tunggang
Gasing
Umbi akar
6
Singkong
(Manihot utillisima Burm. F.)
Tunggang
Tombak
Umbi akar
7
Laos (Alpinia galanga)
Serabut
Tambang
Rimpang
8
Anggrek Kalajengking (Arachis flos-aeris)
Serabut
Benang besar
Akar udara/akar gantung
9
Padi (Oryza sativa L.)
Serabut
Benang
-
10
Benalu (Loranthus sp.)
Serabut
Benang
Akar penghisap
11
Sirih (Piper betle L.)
Serabut
Benang
Akar pelekat









B.     Gambar Hasil Pengamatan dan Literatur
1.      Akar Rumput Teki ( Cyperus rotundus L.)
Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Cabang akar (radix lateris)
3.      Serabut akar (fibrilla radicalis)
4.      Ujung akar (apex radicalis)

     




1
2
3
4
 






(Sumber: Anonim A.2014)

2.     

















Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Batang akar (corpus radicis)
3.      Cabang akar (radix lateris)
4.      Serabut akar (fibrilla radicalis)

Akar Lombok (Capsicum sp)
     

1
2
3
4
 








                                                (Sumber: Anonim B.2014)




3.     
Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Batang akar (corpus radicis)
3.      Cabang akar (radix lateris)
4.      Serabut akar (fibrilla radicalis)

Akar Terong (Solanum sp)

















     




1
2
3
4
 







      (Sumber: Anonim C.2014)

4.      Akar Wortel (Daucus carota L.)
Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Batang akar (corpus radicis)
3.      Cabang akar (radix lateris)
4.      Ujung akar
















     




1
2
3
4
 






      (Sumber: Anonim D.2014)



5.      Akar Bengkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb.)
Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Batang akar (corpus radicis)
3.      Cabang akar (radix lateris)
4.      Ujung akar

















     




1
2
3
4
 







      (Sumber: Anonim E.2014)

6.     

















Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Batang akar (corpus radicis)
3.      Cabang akar (radix lateris)
4.      Ujung akar
Akar Singkong (Manihot utillisima Burm. F.)
     




1
2
3
4
 







      (Sumber: Anonim F.2014)



7.     

















Akar Laos (Alpinia galanga)
1
Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Cabang akar (radix lateris)
3.      Serabut akar (fibrilla radicalis)
4.      Ujung akar (apex radicalis)

     


2
4
3
 






                                                (Sumber: Anonim G.2014)

8.     

















Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Batang akar (corpus radicis)
3.      Cabang akar (radix lateris)
4.      Ujung akar
Akar Anggrek kalajengking (Arachis flos-aeris)
     




1
2
3
4
 






(Sumber: Anonim H.2014)





9.      Akar Padi (Oryza sativa L.)
Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Cabang akar (radix lateris)
3.      Serabut akar (fibrilla radicalis)
4.      Ujung akar (apex radicalis)


















     

1
2
3
4
 







                                                (Sumber: Anonim I.2014)
10. 

















Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Cabang akar (radix lateris)
3.      Serabut akar (fibrilla radicalis)

Akar Benalu (Loranthus)
     





1
2
3
 






(Sumber: Anonim J.2014)

11. 

















Keterangan :
1.      Leher akar (collum)
2.      Cabang akar (radix lateris)
3.      Batang tanaman (caulis)


Akar Sirih (Piper betle L.)
     



1
2
3
 






(Sumber: Anonim K.2014)


V.          ANALISIS DATA
1.        Akar Rumput Teki (Cyperus rotundus L.)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Liliopsida
Sub classis              : Commelinidae
Ordo                       : Cyperales
Familia                    : Cyperaceae
Genus                     : Cyperus
Species                    : Cyperus rotundus
(Van Steenis, 2003) 
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rumput teki (Cyperus rotundus L.) mempunyai tipe perakaran serabut, yaitu jika akar lembaga dalam perkembangan mati atau kemudian di susul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besar yang keluar dari pangkal batang. Bagian-bagian akar rumput teki terdiri dari leher akar, cabang akar, serabut akar, rambut-rambut akar dan ujung akar. Bentuk akar serabut ini seperti benang dan tidak mengalami modifikasi.

2.        Akar Lombok (Capsicum sp.)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub classis              : Asteridae
Ordo                       : Solanales
Familia                    : Solanaceae
Genus                     : Capsicum
Species                    : Capsicum sp.
(Van Steenis, 2003) 
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa lombok (Capsicum sp.) mempunyai sistem perakaran tunggang. Bentuk akarnya adalah akar tunggang yang bercabang (ramosus). Batang akarnya berbentuk kerucut panjang, tumbuh terus ke bawah, bercabang dan cabangnya bercabang-cabang lagi. Bagian-bagian akar yaitu leher akar, batang akar, cabang akar, serabut akar, dan rambut-rambut akar dan tudung akar. Akar tanaman ini tidak mengalami modifikasi.

3.      Akar Terong (Solanum sp)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub classis              : Asteridae
Ordo                       : Solanales
Familia                    : Solanaceae
Genus                     : Solanum
Species                    : Solanum sp.
(Van Steenis, 2003) 
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tanaman terong (Solanum sp) mempunyai sistem perakaran tunggang yang bercabang. Bagian-bagian akarnya antara lain leher akar, batang akar, cabang akar, serabut akar, dan rambut-rambut akar.  Akar pada tanaman ini tidak mengalami modifikasi.


4.      Akar Wortel (Daucus carota L.)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub classis              : Rosidae
Ordo                       : Apiales
Familia                    : Apiaceae
Genus                     : Daucus
Species                    : Daucus carota L.
(Van Steenis, 2003) 
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa wortel (Daucus carota L.) mempunyai sistem perakaran tunggang yang tidak bercabang. Bentuk modifikasi akarnya seperti tombak (fusiformis). Pangkalnya besar meruncing ke arah ujung dengan serabut-serabut akar tumbuh tersebar di bagian batang akar.

5.      Akar Bengkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb.)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub classis              : Caryophyllidae
Ordo                       : Caryophyllales
Familia                    : Chenopohiceae
Genus                     : Pachyrrhizus
Species                    : Pachyrrhizus erosus Urb.
(Van Steenis, 2003) 
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tanaman bengkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb) mempunyai sistem  perakaran tunggang yang tidak atau sedikit bercabang. Modifikasi akarnya berbentuk seperti gasing (napiformis). Pangkal akarnya besar membulat.
6.      Akar Singkong (Manihot utillisima Burm. F.)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub classis              : Magnoliidae
Ordo                       : Rosales
Familia                    : Rosaceae
Genus                     : Manihot
Species                    : Manihot utillisima Burm. F.
(Van Steenis, 2003) 
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa singkong (Manihot utillisima Burm. F.) mempunyai tipe perakaran tunggang. Bentuk akar ini separti tombak. Modifikasi akar pada singkong berupa ubi akar (tuber rhizogenum). Ubi ini berbentuk bulat atau tidak beraturan dan merupakan tempat penimbunan cadangan makanan. Adapun bagian-bagian dari akar yang terdapat pada singkong adalah leher akar, batang akar, cabang-cabang akar dan tudung akar.

7.      Akar Laos (Alpinia galanga)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Liliopsida
Sub classis              : Zingiberidae
Ordo                       : Zingiberales
Familia                    : Zingiberaceae
Genus                     : Alpinia
Species                    : Alpinia galanga
(Cronquist, 1981) 
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tanaman laos (Alpinia galanga) mempunyai sistem perakaran serabut. Bentuk akarnya seperti tambang. Akar tanaman ini tidak mengalami modifikasi, rimpang yang nampak pada laos dan tumbuh di dalam tanah adalah modifikasi dari batang, bukan dari akar. Bagian-bagian dari akar serabut yang terdapat pada akar laos diantaranya adalah leher akar, batang akar, cabang dan rambut-rambut akar.

8.        Akar Anggrek Kalajengking (Arachis flos-aeris)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Liliopsida
Sub classis              : Liliidae
Ordo                       : Orchidales
Familia                    : Orchidaceae
Genus                     : Arachis
Species                    : Arachis flos-aeris
(Cronquist, 1981) 
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tanaman anggrek kalajengking (Arachis flos-aeris) mempunyai sistem serabut. Bentuknya seperti benang yang besar. Modifikasi akar ini berupa akar napas atau akar udara (pneumatophora). Akar ini keluar, menggantung di udara dan tumbuh ke arah tanah, gunanya untuk menyerap air dan zat gas dari udara. Sering kali mempunyai jaringan khusus untuk menimbun air atau udara yang di sebut velamen. Tetapi setelah mencapai tanah bagian yang masuk tanah lalu berkelakuan seperti akar biasa yang menyerap air dan makanan dari tanah. Bagian-bagian yang terdapat pada akar ini sesuai dengan pengamatan adalah leher akar, batang akar, cabang akar, dan ujung akar.

9.      Akar Padi (Oryza sativa L.)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Liliopsida
Sub classis              : Commulinidae
Ordo                       : Cyperales
Familia                    : Poaceae
Genus                     : Oryza
Species                    : Oryza sativa L.
(Cronquist, 1981) 
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa padi (Oryza sativa L.) memiliki sistem perakaran serabut. Bentuk akar ini seperti benang. Ukuran serabut-serabut akar ini hampir sama satu sama lain.  Akar pada tanaman ini tidak mengalami modifikasi. Bagian-bagian pada akar antara lain leher akar, batang akar, cabang akar, serabut akar dan rambut-rambut akar.

10.  Akar Benalu (Lorantus sp)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub classis              : Rosidae
Ordo                       : Santales
Familia                    : Lorantaceae
Genus                     : Lorantus
Species                    : Lorantus sp.
(Van Steenis, 2003) 
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tumbuhan benalu (Lorantus sp.) mempunyai sistem perakaran tunggang yang berupa haustorium, yaitu akar yang sangat keras dan kaku yang dapat menembus kulit batang inang sampai ke bagian kayu untuk menyerap air dan zat makanan dari inangnya tersebut. Modifikasi dari akar benalu merupakan akar penghisap.


11.  Akar Sirih (Piper betle L.)
Klasifikasi :
Divisio                    : Magnoliophyta
Classis                     : Magnoliopsida
Sub classis              : Magnoliidae
Ordo                       : Piperales
Familia                    : Piperaceae
Genus                     : Piper
Species                    : Piper betle L.
(Van Steenis, 2003)                                  
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tanaman sirih (Piper betle L.) memiliki sistem perakaran serabut berbentuk benang. Bagian-bagian akar antara lain leher akar, batang akar, cabang akar, dan serabut akar. Modifikasinya berupa akar pelekat (radix adligans) yang tumbuh di buku-buku batang dan berfungsi untuk melekat pada penunjang.

VI.       KESIMPULAN
1.      Rumput Teki (Cyperus rotundus L.), sistem perakarannya serabut, akar berbentuk benang dan tidak mengalami modifikasi.
2.      Lombok (Capsicum sp.), sistem perakarannya tunggang, bentuk akar tunggang yang bercabang serta tidak mengalami modifikasi.
3.      Wortel (Daucus carota L.), sietem  perakarannya tunggang, bentuk modifikasi akarnya berupa akar tombak (fusiformis).
4.      Bengkuwang (Pachyrrhizus erosus Urb.), sistem  perakarannya tunggang, bentuk modifikasi berupa akar gasing (napiformis).
5.      Singkong (Manihot utillisima Burm. F.), sistem perakarannya serabut, bentuk modifikasi akarnya berupa umbi akar (tuber rhizogenum)
6.      Laos (Alpinia galanga), sistem perakarannya serabut, akar berbentuk tambang dan tidak mengalami modifikasi.
7.      Terong (Solanum sp.), sistem perakarannya tunggang dan  bercabang, serta tidak ada modifikasi pada akarnya
8.      Anggrek Kalajengking (Arachis flos-aeris), sistem  perakarannya serabut, berbentuk benang besar, modifikasi berupa akar udara  atau akar gantung (aereus).
9.      Padi (Oryza sativa), sistem  perakarannya serabut, akar berbentuk benang dan tidak mengalami modifikasi.
10.  Benalu (Lorantus sp.), sistem  perakaran tunggang, akar berbentuk benang, modifikasi akar berupa akar penghisap (haustorium).
11.  Sirih (Piper betle L.), system  perakarannya berupa akar serabut, dan akarnya bermodifikasi menjadi akar pelekat (iradix adligans).

VII.          DAFTAR PUSTAKA

Amintarti, Sri 2014. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan FKIP PMIPA UNLAM : Banjarmasin.












Tjitrosoepomo, Gembong. 2000. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Van  Steenis, C.G.G.J. 2003. Flora. Pradaya Paramitha. Jakarta.